INFORMASI PENDIDIKAN

Informasi Pendidikan Sekolah Indonesia

Showing posts with label Pendidikan di Indonesia. Show all posts

Sunday, 4 February 2018

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Menurut Pembukaan UUD 1945

No comments :

Pendidikan

Kampanye Hak Untuk Sekolah

 

Merupakan salah satu hal yang sangat penting saat ini. Tingkat pendidikan saat ini tidak hanya sebagai tolak ukur kecerdasan dan intelektual seseorang secara umum, akan tetapi tingkat pendidikan saat ini bisa dikatakan sebagai tingkat kehidupan sosial di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin tinggi pula derajat sosial dimata masyarakat.
Seperti yang telah dijelaskan sebelum nya, bahwa pendidikan tidak hanya melalui jalur pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA dan sederajat, akan tetapi pendidikan juga dapat ditempuh melalui jalur non fomal seperti kursus dan kepelatihan yang dapat meningkatkan skill dan kemampuan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan. 

Kemudahan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hak dari setiap warga negara Indonesia. Tidak hanya sebagai hak, akan tetapi pendidikan sangat dianjurkan bahkan diharuskan oleh pemerintah demi memerangi Buta Aksara dan Buta Huruf. Tingkat pendidikan yang dahulu nya hanya 9 tahun mulai dari SD selama 6 tahun dan SMP selama 3 tahun, sekarang ini telah meningkat menjadi 12 tahun dengan tambahan 3 tahun di tingkat SMA dan sederajat. 
Kemudahan akses dan fasilitas pendidikan menjadi fokus dan tujuan utama pemerintah dalam meningkatkan tingkat dan derajat hidup warga negara Indonesia. Bahkan menurut berita, pemeritah mengeluarkan kucuran dana yang sangat besar demi pendidikan di Indonesia. Alangkah sayangnya apabila kita menyianyiakan kesempatan besar ini dan hanya berhura - hura demi kesenangan sesaat. Kita lihat bagaimana pemerintah nampak serius dalam memperhatikan pendidikan di Indonesia, demi tercapainya kesejahteraan rakyat Indonesia.

Mencedaskan Kehidupan Bangsa

Kalimat ini tertuang dalam alinea ke empat pembukaan UUD 1945.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yangberkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan berasab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwa-kilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan srosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bisa kita simak bersama bahwa cita - cita pendidikan bangsa ini terdapat dalam alinea keempat UUD 1945, dimana dengan adanya pendidikan masyarakat Indonesia akan cerdas dan cita - cita dan keinginan bangsa ini untuk mendapatkan suatu pemerintahan yang cerdas dari penerus - penerus bangsa melalui pendidikan.
Itulah janji dan keinginan bangsa ini untuk menciptakan masyarakat cerdas dan berbudi luhur menurut UUD 1945

Pendidikan

Kampanye Hak Untuk Sekolah

 

Merupakan salah satu hal yang sangat penting saat ini. Tingkat pendidikan saat ini tidak hanya sebagai tolak ukur kecerdasan dan intelektual seseorang secara umum, akan tetapi tingkat pendidikan saat ini bisa dikatakan sebagai tingkat kehidupan sosial di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin tinggi pula derajat sosial dimata masyarakat.
Seperti yang telah dijelaskan sebelum nya, bahwa pendidikan tidak hanya melalui jalur pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA dan sederajat, akan tetapi pendidikan juga dapat ditempuh melalui jalur non fomal seperti kursus dan kepelatihan yang dapat meningkatkan skill dan kemampuan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan. 

Kemudahan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hak dari setiap warga negara Indonesia. Tidak hanya sebagai hak, akan tetapi pendidikan sangat dianjurkan bahkan diharuskan oleh pemerintah demi memerangi Buta Aksara dan Buta Huruf. Tingkat pendidikan yang dahulu nya hanya 9 tahun mulai dari SD selama 6 tahun dan SMP selama 3 tahun, sekarang ini telah meningkat menjadi 12 tahun dengan tambahan 3 tahun di tingkat SMA dan sederajat. 
Kemudahan akses dan fasilitas pendidikan menjadi fokus dan tujuan utama pemerintah dalam meningkatkan tingkat dan derajat hidup warga negara Indonesia. Bahkan menurut berita, pemeritah mengeluarkan kucuran dana yang sangat besar demi pendidikan di Indonesia. Alangkah sayangnya apabila kita menyianyiakan kesempatan besar ini dan hanya berhura - hura demi kesenangan sesaat. Kita lihat bagaimana pemerintah nampak serius dalam memperhatikan pendidikan di Indonesia, demi tercapainya kesejahteraan rakyat Indonesia.

Mencedaskan Kehidupan Bangsa

Kalimat ini tertuang dalam alinea ke empat pembukaan UUD 1945.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yangberkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan berasab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwa-kilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan srosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bisa kita simak bersama bahwa cita - cita pendidikan bangsa ini terdapat dalam alinea keempat UUD 1945, dimana dengan adanya pendidikan masyarakat Indonesia akan cerdas dan cita - cita dan keinginan bangsa ini untuk mendapatkan suatu pemerintahan yang cerdas dari penerus - penerus bangsa melalui pendidikan.
Itulah janji dan keinginan bangsa ini untuk menciptakan masyarakat cerdas dan berbudi luhur menurut UUD 1945

Friday, 22 September 2017

Full Day School, Antara Keburuhan dan Dilema

No comments :

Full Day School merupakan kebijakan yang dibuat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dimana setiap sekolah akan menambah jam pelajaran sekolahnya. Disinyalir dari beberapa sumber artikel berita dikatakan bahwa kebijakan ini mendapat tentangan dari beberapa pihak baik dari sekolah, orang tua, dan juga murid itu sendiri. Mereka menilai dengan adanya FDS ini, siswa akan lebih banyak sekolah daripada di rumah bersama dengan orang tua. Mereka juga menuturkan bahwa guru bukan salah satu pengajar yang memberikan pendidikan kepada siswa, orang tua dan lingkungan juga memberikan pengaruh dan pembelajaran kepada siswa itu sendiri. Jika anak setiap 5 hari dalam seminggu selalu di sekolah, kecendrungan anak untuk jenuh akan lebih tinggi. Hal inilah yang ditakutkan oleh sebagian para orang tua murid. 
Menurut Muhadjir Effendi (Mendikbud), Indonesia ini sedang kacau bahkan untuk mencari 11 pemain sepakbola saja sangat susah dan ini adalah kesalahan dari pendidikan. Pernyataan ini muncul pada saat beliau memberikan pengarahan saat upacara bendera di Kantor Gubernur Riau Pekanbau (3/7/2017) lalu. Ada 11 pasal dalam PERMENDIKBUD no 23 Tahun 2017 itu, dan yang menjadi polemik adalah pasal 1 yaitu
 " Hari sekolah dilaksanakan 8 jam dalam sehari atau 40 jam dalam seminggu". 
Durasi yang panjang inilah yang menjadi polemik disekolah yang menyebabkan beban guru disekolah menjadi lebih banyak. Padahal dilihat secara sepintas bahwa dengan adanya aturan ini, setiap kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler akan dimasukkan ke dalam jam pelajaran sekolah sehingga guru akan terbantu untuk mendapatkan beban mengajar sebanyak 24 jam yang juga berdampak pada tunjangan profesi bagi Guru PNS.
Beliau menjelaskan lebih banyak, Program pendidikan karakter yang di dalamnya memasukkan elemen religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas ini akan lebih masuk akal direalisasikan jika waktu peserta didik lebih lama dihabiskan di sekolah. Tentu saja dengan catatan proses belajar tidak harus selalu di dalam kelas.
"Bergantung daerah, kesiapan sekolah dan sarana prasarana yang ada di sekolah. Kalau di sekolah yang ada enam kelas, gurunya cuma ada dua atau tiga, sekolah sehari penuh pasti memberatkan guru,” jelas Khofifah
Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa (12/8/2017) menilai bahwa penerapan FDS ini belum bisa diterapkan disetiap wilayah di Indonesia mengingat metode dan cara belajar yang efektif itu tergantung dari situasi dan kondisi yang berbeda dari tiap - tiap wilayah di Indonesia.

Full Day School merupakan kebijakan yang dibuat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dimana setiap sekolah akan menambah jam pelajaran sekolahnya. Disinyalir dari beberapa sumber artikel berita dikatakan bahwa kebijakan ini mendapat tentangan dari beberapa pihak baik dari sekolah, orang tua, dan juga murid itu sendiri. Mereka menilai dengan adanya FDS ini, siswa akan lebih banyak sekolah daripada di rumah bersama dengan orang tua. Mereka juga menuturkan bahwa guru bukan salah satu pengajar yang memberikan pendidikan kepada siswa, orang tua dan lingkungan juga memberikan pengaruh dan pembelajaran kepada siswa itu sendiri. Jika anak setiap 5 hari dalam seminggu selalu di sekolah, kecendrungan anak untuk jenuh akan lebih tinggi. Hal inilah yang ditakutkan oleh sebagian para orang tua murid. 
Menurut Muhadjir Effendi (Mendikbud), Indonesia ini sedang kacau bahkan untuk mencari 11 pemain sepakbola saja sangat susah dan ini adalah kesalahan dari pendidikan. Pernyataan ini muncul pada saat beliau memberikan pengarahan saat upacara bendera di Kantor Gubernur Riau Pekanbau (3/7/2017) lalu. Ada 11 pasal dalam PERMENDIKBUD no 23 Tahun 2017 itu, dan yang menjadi polemik adalah pasal 1 yaitu
 " Hari sekolah dilaksanakan 8 jam dalam sehari atau 40 jam dalam seminggu". 
Durasi yang panjang inilah yang menjadi polemik disekolah yang menyebabkan beban guru disekolah menjadi lebih banyak. Padahal dilihat secara sepintas bahwa dengan adanya aturan ini, setiap kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler akan dimasukkan ke dalam jam pelajaran sekolah sehingga guru akan terbantu untuk mendapatkan beban mengajar sebanyak 24 jam yang juga berdampak pada tunjangan profesi bagi Guru PNS.
Beliau menjelaskan lebih banyak, Program pendidikan karakter yang di dalamnya memasukkan elemen religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas ini akan lebih masuk akal direalisasikan jika waktu peserta didik lebih lama dihabiskan di sekolah. Tentu saja dengan catatan proses belajar tidak harus selalu di dalam kelas.
"Bergantung daerah, kesiapan sekolah dan sarana prasarana yang ada di sekolah. Kalau di sekolah yang ada enam kelas, gurunya cuma ada dua atau tiga, sekolah sehari penuh pasti memberatkan guru,” jelas Khofifah
Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa (12/8/2017) menilai bahwa penerapan FDS ini belum bisa diterapkan disetiap wilayah di Indonesia mengingat metode dan cara belajar yang efektif itu tergantung dari situasi dan kondisi yang berbeda dari tiap - tiap wilayah di Indonesia.

Tuesday, 8 November 2016

Apa yang Salah dengan Pendidikan di Indonesia?

No comments :
Pendidikan seperti yang sudah dijelaskan pada postingan saya yang terdahulu merupakan salah satu upaya agar manusia Indonesia menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Salah satu manfaat pendidikan itupun baru kita rasakan setelah kita menamatkan pendidikan tersebut. Lalu bagaimana dan apa yang harus dibenahi dalam pendidikan di Indonesia ini? Ini merupakan pertanyaan yang sangat klasik dan menjadi perbincangan yang tidak ada habisnya. Bagaimana dan apa sistem pendidikan terbaik di Indonesia sendiri masih dicarikan rumus dan solusinya oleh bapak - bapak pejabat kita yang terhormat. Kita tentu harus menunggu hasil dari keputusan yang akan diambil oleh bapak - bapak wakil rakyat yang ada di MPR.
Kembali ke permasalahan utama tentang pendidikan di Indonesia, setelah mengetahui banyak PR yang harus diselesaikan kita seharusnya berusaha untuk melakukan perubahan - perubahan ke arah yang lebih baik ini dimulai dari kita sendiri. Menurut saya, permasalahan utama dalam pendidikan di Indonesia ini adalah masyarakatnya. Kenapa saya bisa berfikiran seperti itu? Bila kita mau jujur dan terbuka pada diri kita masing - masing, kita akan menemukan masalah - masalah itu muncul dari kita sendiri dimulai dari keegoisan diri kita yang menginginkan pendidikan terbaik untuk anak - anak dan generasi penerus kita, padahal kita sendiri tidak memberikan pendidikan dasar terbaik untuk akhlak dan karakter anak - anak kita pada saat mereka masih kecil. Kita selalu disibukkan dengan pekerjaan dan rutinitas masing - masing dan memberikan tugas ini kepada pengasuh atau nenek mereka, seolah - olah kita lupa betapa pentingnya menanamkan sikap dan perilaku terbaik untuk anak - anak dimulai dari keluarga kecil mereka. Kejadian seperti ini mulai terjadi karena masalah ekonomi, yaaa ekonomi dianggap sebagai biang kerok yang dijadikan oleh sebagian orang tua sehingga mereka melupakan tugas dan tanggung jawab mereka kepada anak - anak mereka.

Sekolah sebagai tumbal

Rentetan dari kejadian seperti yang telah kita bahas diatas adalah tingginya keinginan dari orang tua agar anak - anak mereka untuk mendapatkan pendidikan "berkualitas" dan terbaik. Lalu seperti apakah ciri - ciri pendidikan atau sekolah yang terbaik itu.? Itupun merupakan jawaban yang sangat sulit. Kita sering membandingkan sistem pendidikan di Indonesia dengan sistem pendidikan di negara - negara lain. Yang kita lupakan pada saat ini adalah jati diri kita sebagai warga negara Indonesia. Kita tidak hanya bisa semerta - merta membandingkan pendidikan di negara kita ini dengan negara lain karena kita memiliki kultur dan kebudayaan yang berbeda. Kita tidak bisa semerta - merta meminta pendidikan di Indonesia di sama ratakan dengan pendidikan yang ada di negara lain. Kita memiliki sumber daya dan kemampuan yang berbeda - beda tiap negara dan wilayah. Contoh kecilnya adalah membandingkan pendidikan di Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur. Ini merupakan perbandingan yang tidak seimbang, Fasilitas antara Indonesia Barat dengan Indonesia Timur sangat berbeda. Perbedaan ini mengakibatkan kemampuan untuk berkembang antara pendidikan di wilayah barat tentu tidak bisa disamakan dengan pendidikan di wilayah timur. 
Hal ini juga berlaku apabila kita membandingkan pendidikan yang diberikan di Indonesia kalah jauh dari Amerika Serikat atau Finlandia dari segi fasilitas dan tenaga pendidik. Dari beberapa blog yang saya kunjungi selalu mebandingkan pendidikan di Indonesia dengan pendidikan di luar negeri. Menurut saya ini tidak perlu dilakukan, kenapa kita tidak meminta agar pendidikan kita bisa di contoh dan di tiru oleh negara lain saja? beberapa contoh perbandingan yang sering dilakukan adalah:
  • Guru di Finlandia wajib S2. Bagaimana dengan di Indonesia? S2 tidak harus menjadi suatu ukuran kalau menurut saya, yang kita butuhkan sekarang ini adalah guru yang bisa mengerti bagaimana pribadi siswa dan anak didiknya seperti yang telah saya bahas pada artikel "Tipe Guru yang dibutuhkan di Indonesia"
  • Jam belajar di Finlandia hanya 5 jam sehari. Itu di Finlandia yang memiliki iklim dingin, melakukan aktifiats diluar rumah selama lebih dari 6 jam akan membuat otak mereka beku. Di Indonesia kita bisa memanfaatkan waktu yang lebih lama karena kita memiliki ilkim tropis dengan waktu panas dan dingin yang merata selama 12 jam. Apabila kita menerapkan ini, ini merupakan pemborosan waktu bagi anak - anak kita yang bisa melakukan aktifitas lain yang lebih bermanfaat di sekolah mereka masing - masing.
  • Di Finlandia ulangan hanya dilakukan pada waktu sudah memasuki usia SMP, di Indonesia dilakukan ulangan dimulai dari SD. Lalu apa yang salah dengan itu? Tidak ada yang salah, hal ini tentu lebih bagus apabila kita bisa memberikan tantangan dan cobaan seperti halnya ujian sekolah di waktu sedini mungkin.
  • Di Amerika libur sekolah lebih banyak. Hal ini sama dengan jam belajar di Finlandia seperti yang telah diutarakan pada point 2. Mereka memiliki 4 iklim yang tentu saja mereka memiliki iklim dingin yang sangat sulit untuk berktifitas pada iklim ini. Lebih baik pendidikan diliburkan dari pada mereka susah untuk bepergian ke sekolah dalam kondisi dingin seperti itu. Tapi lihat di Indonesia, mau hujan badai-pun kita harus kesekolah. Efeknya bisa kita lihat bahwa masyarakat Indonesia bisa lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan manapun. Kita bisa buktikan itu sekarang dimana banyaknya masyarakat Indonesia yang mampu bersaing dengan masyarat asing di negara mereka sendiri. Ini dikarenakan sistem pendidikan di Indonesia secara tidak langsung telah memberikan pelajaran berharga tentang "Kerja Keras" dan "Pantang Menyerah".

Hasil perbandingan

Bila kita sudah membahas bagaimana sistem penerapan pendidikan di Finlandia dan Amerika pada tulisan di atas, sekarang kita bisa melihat output atau hasil dari pendidikan di Indonesia. Saya akan memberikan beberapa hasil positif pendidikan di Indonesia :
  • Banyaknya SDM dari Indonesia yang terkenal kreatif dan ulet. Ini bisa dibuktikan dengan banyaknya UKM - UKM kreatif di Indonesia yang mengekspor hasil kreatifitas mereka dan diterima di negara - negara lain.
  • Hacker Indonesia di segani oleh hacker negara lain. Kalau yang ini saya belum memiliki banyak artikel dan tidak dapat dijadikan acuan.
  • Banyak WNI di daerah lain yang bisa sukses di negara lain dibandingkan WNA yang sukses di negara kita.
  • Turis asing senang dengan budi pekerti dan kepribadian masyarakat Indonesia. Ini bukan rahasia lagi kalau Indonesia terkenal dengan keramah - tamahannya. Lalu dimana letak kesalahan sistem pendidikan kita?
  • Banyaknya koruptor di Indonesia. Apakah di negara lain tidak ada koruptor? Kenapa koruptor kita banyak dari negara lain? Karena indonesia termasuk negara dengan penduduk 5 terbanyak di dunia. Koruptor di China dan Taiwan juga banyak karena mereka memiliki pemimpin yang sesuai dengan jumlah masyarakat mereka. Jika kita ingin koruptor dikurangi, cobalah untuk mengurangi jumlah pemimpin kita. tentu jumlah koruptor yang muncul juga akan berkurang..Hahahahaha..
Inti dari postingan kali ini adalah, tidak ada yang salah dengan pendidikan di Indonesia. Saya sebagai Warga Negara Indonesia mengaku bangga dengan sistem pendidikan yang sudah ada sekarang ini. Apabila kita ingin membandingkan pendidikan kita dengan negara lain, pilihkan perbandingan yang sesuai seperti dengan negara - negara tetangga yang memiliki akar kebudayaan yang mirip. Tentu perubahan sistem pendidikan kita akan lebih mudah diterapkan karena sudah mengakar sejak kecil.Pendidikan juga tidak selalu tentang sekolah, pendidikan bisa dimulai dari keluarga kecil kita sendiri, bagaimana dan seperti apa keturunan kita nantinya tergantung bagaimana mereka dididik oleh keluarga mereka. 
Pendidikan seperti yang sudah dijelaskan pada postingan saya yang terdahulu merupakan salah satu upaya agar manusia Indonesia menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Salah satu manfaat pendidikan itupun baru kita rasakan setelah kita menamatkan pendidikan tersebut. Lalu bagaimana dan apa yang harus dibenahi dalam pendidikan di Indonesia ini? Ini merupakan pertanyaan yang sangat klasik dan menjadi perbincangan yang tidak ada habisnya. Bagaimana dan apa sistem pendidikan terbaik di Indonesia sendiri masih dicarikan rumus dan solusinya oleh bapak - bapak pejabat kita yang terhormat. Kita tentu harus menunggu hasil dari keputusan yang akan diambil oleh bapak - bapak wakil rakyat yang ada di MPR.
Kembali ke permasalahan utama tentang pendidikan di Indonesia, setelah mengetahui banyak PR yang harus diselesaikan kita seharusnya berusaha untuk melakukan perubahan - perubahan ke arah yang lebih baik ini dimulai dari kita sendiri. Menurut saya, permasalahan utama dalam pendidikan di Indonesia ini adalah masyarakatnya. Kenapa saya bisa berfikiran seperti itu? Bila kita mau jujur dan terbuka pada diri kita masing - masing, kita akan menemukan masalah - masalah itu muncul dari kita sendiri dimulai dari keegoisan diri kita yang menginginkan pendidikan terbaik untuk anak - anak dan generasi penerus kita, padahal kita sendiri tidak memberikan pendidikan dasar terbaik untuk akhlak dan karakter anak - anak kita pada saat mereka masih kecil. Kita selalu disibukkan dengan pekerjaan dan rutinitas masing - masing dan memberikan tugas ini kepada pengasuh atau nenek mereka, seolah - olah kita lupa betapa pentingnya menanamkan sikap dan perilaku terbaik untuk anak - anak dimulai dari keluarga kecil mereka. Kejadian seperti ini mulai terjadi karena masalah ekonomi, yaaa ekonomi dianggap sebagai biang kerok yang dijadikan oleh sebagian orang tua sehingga mereka melupakan tugas dan tanggung jawab mereka kepada anak - anak mereka.

Sekolah sebagai tumbal

Rentetan dari kejadian seperti yang telah kita bahas diatas adalah tingginya keinginan dari orang tua agar anak - anak mereka untuk mendapatkan pendidikan "berkualitas" dan terbaik. Lalu seperti apakah ciri - ciri pendidikan atau sekolah yang terbaik itu.? Itupun merupakan jawaban yang sangat sulit. Kita sering membandingkan sistem pendidikan di Indonesia dengan sistem pendidikan di negara - negara lain. Yang kita lupakan pada saat ini adalah jati diri kita sebagai warga negara Indonesia. Kita tidak hanya bisa semerta - merta membandingkan pendidikan di negara kita ini dengan negara lain karena kita memiliki kultur dan kebudayaan yang berbeda. Kita tidak bisa semerta - merta meminta pendidikan di Indonesia di sama ratakan dengan pendidikan yang ada di negara lain. Kita memiliki sumber daya dan kemampuan yang berbeda - beda tiap negara dan wilayah. Contoh kecilnya adalah membandingkan pendidikan di Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur. Ini merupakan perbandingan yang tidak seimbang, Fasilitas antara Indonesia Barat dengan Indonesia Timur sangat berbeda. Perbedaan ini mengakibatkan kemampuan untuk berkembang antara pendidikan di wilayah barat tentu tidak bisa disamakan dengan pendidikan di wilayah timur. 
Hal ini juga berlaku apabila kita membandingkan pendidikan yang diberikan di Indonesia kalah jauh dari Amerika Serikat atau Finlandia dari segi fasilitas dan tenaga pendidik. Dari beberapa blog yang saya kunjungi selalu mebandingkan pendidikan di Indonesia dengan pendidikan di luar negeri. Menurut saya ini tidak perlu dilakukan, kenapa kita tidak meminta agar pendidikan kita bisa di contoh dan di tiru oleh negara lain saja? beberapa contoh perbandingan yang sering dilakukan adalah:
  • Guru di Finlandia wajib S2. Bagaimana dengan di Indonesia? S2 tidak harus menjadi suatu ukuran kalau menurut saya, yang kita butuhkan sekarang ini adalah guru yang bisa mengerti bagaimana pribadi siswa dan anak didiknya seperti yang telah saya bahas pada artikel "Tipe Guru yang dibutuhkan di Indonesia"
  • Jam belajar di Finlandia hanya 5 jam sehari. Itu di Finlandia yang memiliki iklim dingin, melakukan aktifiats diluar rumah selama lebih dari 6 jam akan membuat otak mereka beku. Di Indonesia kita bisa memanfaatkan waktu yang lebih lama karena kita memiliki ilkim tropis dengan waktu panas dan dingin yang merata selama 12 jam. Apabila kita menerapkan ini, ini merupakan pemborosan waktu bagi anak - anak kita yang bisa melakukan aktifitas lain yang lebih bermanfaat di sekolah mereka masing - masing.
  • Di Finlandia ulangan hanya dilakukan pada waktu sudah memasuki usia SMP, di Indonesia dilakukan ulangan dimulai dari SD. Lalu apa yang salah dengan itu? Tidak ada yang salah, hal ini tentu lebih bagus apabila kita bisa memberikan tantangan dan cobaan seperti halnya ujian sekolah di waktu sedini mungkin.
  • Di Amerika libur sekolah lebih banyak. Hal ini sama dengan jam belajar di Finlandia seperti yang telah diutarakan pada point 2. Mereka memiliki 4 iklim yang tentu saja mereka memiliki iklim dingin yang sangat sulit untuk berktifitas pada iklim ini. Lebih baik pendidikan diliburkan dari pada mereka susah untuk bepergian ke sekolah dalam kondisi dingin seperti itu. Tapi lihat di Indonesia, mau hujan badai-pun kita harus kesekolah. Efeknya bisa kita lihat bahwa masyarakat Indonesia bisa lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan manapun. Kita bisa buktikan itu sekarang dimana banyaknya masyarakat Indonesia yang mampu bersaing dengan masyarat asing di negara mereka sendiri. Ini dikarenakan sistem pendidikan di Indonesia secara tidak langsung telah memberikan pelajaran berharga tentang "Kerja Keras" dan "Pantang Menyerah".

Hasil perbandingan

Bila kita sudah membahas bagaimana sistem penerapan pendidikan di Finlandia dan Amerika pada tulisan di atas, sekarang kita bisa melihat output atau hasil dari pendidikan di Indonesia. Saya akan memberikan beberapa hasil positif pendidikan di Indonesia :
  • Banyaknya SDM dari Indonesia yang terkenal kreatif dan ulet. Ini bisa dibuktikan dengan banyaknya UKM - UKM kreatif di Indonesia yang mengekspor hasil kreatifitas mereka dan diterima di negara - negara lain.
  • Hacker Indonesia di segani oleh hacker negara lain. Kalau yang ini saya belum memiliki banyak artikel dan tidak dapat dijadikan acuan.
  • Banyak WNI di daerah lain yang bisa sukses di negara lain dibandingkan WNA yang sukses di negara kita.
  • Turis asing senang dengan budi pekerti dan kepribadian masyarakat Indonesia. Ini bukan rahasia lagi kalau Indonesia terkenal dengan keramah - tamahannya. Lalu dimana letak kesalahan sistem pendidikan kita?
  • Banyaknya koruptor di Indonesia. Apakah di negara lain tidak ada koruptor? Kenapa koruptor kita banyak dari negara lain? Karena indonesia termasuk negara dengan penduduk 5 terbanyak di dunia. Koruptor di China dan Taiwan juga banyak karena mereka memiliki pemimpin yang sesuai dengan jumlah masyarakat mereka. Jika kita ingin koruptor dikurangi, cobalah untuk mengurangi jumlah pemimpin kita. tentu jumlah koruptor yang muncul juga akan berkurang..Hahahahaha..
Inti dari postingan kali ini adalah, tidak ada yang salah dengan pendidikan di Indonesia. Saya sebagai Warga Negara Indonesia mengaku bangga dengan sistem pendidikan yang sudah ada sekarang ini. Apabila kita ingin membandingkan pendidikan kita dengan negara lain, pilihkan perbandingan yang sesuai seperti dengan negara - negara tetangga yang memiliki akar kebudayaan yang mirip. Tentu perubahan sistem pendidikan kita akan lebih mudah diterapkan karena sudah mengakar sejak kecil.Pendidikan juga tidak selalu tentang sekolah, pendidikan bisa dimulai dari keluarga kecil kita sendiri, bagaimana dan seperti apa keturunan kita nantinya tergantung bagaimana mereka dididik oleh keluarga mereka.